Mengenal Tenun Baduy Yang Sudah Go Internasional
Masyarakat Baduy yang kita kenal selama ini sebagai suku yang mengisolasi dari dunia luar, ternyata mempunyai kerajinan tenun yang mampu menembus pasar internasional lho.
Suku Baduy hidup di pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Leuwidamar, Lebak, Banten. Dibagi dalam dua suku, yaitu Suku Baduy Dalam dan Suku Baduy Luar. Perbedaan mendasar pada keduanya adalah, Suku Baduy dalam masih memegang teguh adat dan menjalankan aturan adat, sedangkan suku Baduy Luar sudah terkontaminasi dengan budaya luar. Warna pakaian yang dipakai juga bisa membedakan keduanya. Suku Baduy Dalam menggunakan warna putih dan warna hitam dikenakan oleh suku Baduy Luar.
Amanda Indah Lestari pada TRANOÏ International Fashion Trade Show , Women’s Edition, di Caroussel du Louvre ParisTRANOÏ International Fashion Trade Show , Women’s Edition, di Caroussel du Louvre Paris, Foto : suratdunia.com
Tenun Baduy
Dalam suku Baduy, wanita mempunyai kewajiban untuk menenun. Semuanya masih dikerjakan secara manual, dari proses memintal benang sampai dengan menenun.
Kain tenun yang mempunyai tekstur lembut digunakan sebagai bahan membuat pakaian, sedangkan yang bertekstur kasar dipergunakan sebagai ikat kepala atau ikat pinggang. Selain dipergunakan sendiri, tenun Baduy juga diperjual sebagai oleh-oleh para wisatawan yang berkunjung.
Motif Tenun Baduy
Ragam hias pada kain tenun Baduy berbentuk geometri. Ragam hias ini didapat secara turun menurun sehingga tidak ada yang tahu pasti asal usul dari ragam hias tersebut.
Tenun Baduy tampak lebih sederhana jika dibandingkan dengan tenunan dari daerah lain. Ragam hias geometris merupakan gambaran dari pengetahuan konsep tentang alam dan lingkungan hidup.
Ragam hias dan kerajinan tangan tenun suku Baduy merupakan hasil karya cipta yang tinggi.
Filosofi hidup suku Baduy tercermin dalam Keragaman dan keunikan kain tenunnya. Kesederhanaan motifnya merupakan cerminan dari kepercayaan masyarakat Baduy dimana mereka harus tetap ada dalam kesahajaan dan kesederhanaan. Meninggalkan kesederhanaan berarti meninggalkan tapa di dunia, yaitu tapa yang berupa melaksanakan semua aturan sebelumnya yang sudah digariskan oleh karuhun.
Motifnya juga merupakan kreasi dari bentuk-bentuk simbolis yang tertuang dalam adat hingga keseharian mereka. Unsur-unsur tersebut merupakan satu bentuk ekspresi pengakuan terhadap keberadaan, keagungan, dan kebesaran Tuhan, Sang Pencipta kehidupan semua makhluk di dunia.
Dalam ragam hias tenun Baduy, unsur-unsur tersebut diwujudkan dalam bentuk garis geometris seperti garis berbentuk kait, spiral atau pilin, garis lurus, segitiga, segiempat, bulatan, dan masih banyak lainnya.
Dalam menenun, wanita Suku Baduy biasanya berfokus pada dua jenis kain tenun, yaitu kain sarung atau disebut dengan samping, dan tenunan bodasan atau disebut juga dengan boeh.
Sarung atau samping biasanya berwarna dasar hitam atau biru tua dengan perpaduan garis-garis kecil warna biru terang, atau motif kotak-kotak tipis atau hanya bermotif polos. Samping dapat dijahit menjadi sarung atau kulot, semacam rok pada wanita.
Tenunan bodasan atau boeh merupakan tenunan putih polos yang bisa digunakan sebagai bahan untuk membuat baju, ikat kepala, atau selendang. Ikat kepala selalu dikenakan oleh kaum laki-laki.
Dilirik Oleh Para Designer
Dewan Kerajinan Nasional Derah (Dekranasda) Kabupaten Lebak, telah mempromosikan tenun Baduy ke beberapa negara di benua Eropa. Tidak ketinggalan Kementerian Pariwisata dan para pengusaha juga membantu mempromosikan keindahan dan keunikan tenun ini, Bahkan desiner muda Amanda Indah Lestari telah berhasil menampilkan karya tenun Baduynya ke TRANOÏ International Fashion Trade Show, Women’s Edition, di Caroussel du Louvre Paris dari tanggal 2 sampai tanggal 5 Maret 2018.
Designer Yudhistira juga telah berhasil membawa tenun Baduy pada Oktober 2019 di Festival Indonesia yang digelar di Perth, Australia.
Masyarakat Vietnam juga menyukai tenun Baduy ini, sehingga permintaan pasar ke sana semakin meningkat.
Para designer mencoba melakukan pendampingan kepada warga Baduy untuk mau menerima masukan supaya bisa mengembangkan motif dan warna. Meskipun memiliki kendala dalam proses pengembangannya karena tradisi masyarakat adat Baduy yang sulit menerima perubahan, namun pada akhirnya kreativitas masyarakat adat Baduy dalam menenun telah berkembang. Hasilnya tercipta desain baru bagi penenun Baduy yang memberikan harapan untuk dipasarkan lebih luas lagi.
Saat ini kain tenun Baduy tidak lagi hanya diperuntukkan sebagai pakaian adat saja. Seiring berkembangnya pariwisata di Baduy Luar, tenun ini juga dijual kepada wisatawan yang datang berkunjung. Kain Tenun Baduy bisa berupa kain tenunan yang bisa dipergunakan sebagai bahan pakaian ataupun untuk dekorasi tergantung dari sizenya***
0 Response to " Mengenal Tenun Baduy Yang Sudah Go Internasional"
Post a Comment