Batik Kopi Tutung, Batik Lawasan Yang Diburu Kolektor
Pecinta batik lawasan pasti sudah mengenal batik yang satu ini. Batik Kopi tutung merupakan batik yang menjadi incaran para kolektor batik lawasan. Motifnya yang sangat cantik dan pengerjaannya yang rumit menjadi salah satu alasan batik kopi tutung menjadi impian para pecinta batik lawasan.
Foto : Instagram : tobo_gallerySejarah Batik Kopi Tutung
Batik kopi tutung merupakan salah satu jenis Batik Tiga Negeri. Kopi tutung artinya adalah kopi gosong (tutung dalam bahasa Sunda artinya gosong). Gosong disini merunut pada warna batiknya yang coklat gelap, seperti warna pada biji kopi yang dimasak terlalu lama. Jaman dahulu banyak konsumen dari Jawa Barat yang memesan batik ini, sehingga muncul kata tutung.
Batik motif ini dibuat pertama kali sekitar awal tahun 1900an. Adalah Ny.Tjoa Giok Tjiam, seorang pengusaha batik keturunan Tionghoa yang yang pertama kali mempopulerkan Batik Tiga Negeri.
Batik Tiga Negeri adalah batik perpaduan tiga daerah, yaitu Lasem, Pekalongan, dan Solo, Perpaduan tersebut nampak terlihat pada warna batik ini.
Warna merah berasal dari Lasem, menyerupai warna merah darah ayam atau dalam bahasa Jawa disebut 'abang getih pithik'. Warna merah ini hanya bisa dibuat oleh para pembatik Lasem, karena air tanah di Lasem mengandung mineral tertentu yang bisa menghasilkan warna merah cenderung gelap. Warna biru merupakan warna dari daerah Pekalongan, dan warna coklat berasal dari Solo. Warna coklat yang seperti kopi gosong, dibuat sedemikian rupa sehingga warna coklat (sogan) pada batik ini menjadi coklat gosong.
Berharga Fantantis
Seperti kebanyakan kain Batik Tiga Negeri lainnya, batik kopi tutung juga berharga fantastis. Selain karena sudah tidak diproduksi lagi, motif batiknya juga sangat rumit pembuatannya dan tentu saja membutuhkan waktu yang lama. Pewarnaannya juga tentu saja memakai pewarna alam yang makin menambah poin harga jualnya.
Batik Tiga Negeri keluarga Tjoa diproduksi selama tiga generasi, dari tahun 1910 sampai tahun 2014. Ketersediaan bahan dan sumber daya yang kurang memadai menjadi faktor yang membuat Keluarga Tjoa berhenti memproduksi Batik Tiga Negeri. Tidak mudah mencari orang yang bisa mengerjakan batik sesuai dengan standard Keluarga Tjoa. Satu lembar batik bisa memakan waktu sekitar 8 tahun. Wow... bisa dibayangkan yaa bagaimana kerumitan pembuatan batik yang satu ini.
Batik Tiga Negeri Keluarga Tjoa masih bisa ditemukan di penjual batik lawasan, di Jakarta pun masih bisa ditemukan di kawasan penjualan khusus batik, misalnya Thamrin City. Di penjual online pun masih bisa ditemukan. Tidak hanya kain atau sarung yang masih utuh yang bisa dijual, Batik Kopi Tutung dalam keadaan cacat misalnya robek karena usia pun laku dijual. Biasanya untuk kain yang sudah tidak utuh dipergunakan untuk bahan pembuatan tas, dompet, atau aksesories lainnya. Harga untuk kain yang utuh bisa mencapai puluhan juta. Bukan harga yang mahal untuk kolektor yang pastinya memahami proses pembuatan Batik Kopi Tutung ini ***
0 Response to " Batik Kopi Tutung, Batik Lawasan Yang Diburu Kolektor"
Post a Comment