Kampung Batik Kauman Jogja, Gang Kecil dengan Sejarah Besar
Kalau kalian ke Yogyakarta, yang ada dalam benak pasti Malioboro atau Keraton Yogyakarta. Padahal ada satu tempat yang wajib kalian datangi, khusunya bagi penggemar batik, namanya Kampung Batik Kauman Jogja.
Kampung Batik Kauman Jogja berlokasi di sebelah barat Masjid Gedhe Kauman. Di utara jalan Kauman, di timur jalan Nyai Ahmad Dahlan dan di selatan jalan Kyai Haji Ahmad Dahlan.
Jika kalian browsing di internet, maka secara administrasi, Kampung Batik Kauman Jogja masuk wilayah Kelurahan Ngupasan, kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta.
Lokasinya yang berdekatan dengan Masjid Gedhe berkaitan dengan fungsinya di masa lalu. Sebelum seperti sekarang ini, Kampung Batik Kauman Jogja adalah tempat tinggal dari ulama-ulama dan pejabat-pejabat agama Islam kerajaan.
Namun mereka memiliki keahlian lain yakni membatik. Kala itu batik yang dibuat oelh warga digunakan untuk keperluan keluarga keraton.
Seiring kemajuan zaman, hasil batik warga Kampung Batik Kauman Jogja mulai dijual ke khalayak umum terutama pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20.
Warga semakin makmur, pedagang batik memperbesar tempat tinggalnya. Persoalan muncul karena lokasinya yang terbatas. Mau tak mau akhirnya antar rumah pun saling berhimpitan, membentuk semacam gang.
Kini, mengunjungi Kampung Batik Kauman Jogja mengingatkan di sini pernah jaya pengusaha dan perajin batik. Masih terlihat banyak rumah yang sangat besar ukurannya.
Bahkan di beberapa tempat masih menempel tulisan perusahaan batik. Mengapa akhirnya dunia batik di kampung ini seolah menghilang?
Jawabannya karena krisis ekonomi yang menghantam dunia barat pada tahun 1930-an. Krisis tersebut juga berdampak pada koloni-koloni negeri Eropa. Banyak perusahaan yang tutup akibat krisis tersebut, salah satunya adalah perusahaan batik.
Kampung ini kecil, namun tampak sekali bagaimana bangunannya merupakan perpaduan Jawa dan Belanda. Ia disebut-sebut sudah ada sejak era kerajaan Mataram Islam atau sekitar tahun 1600-an.
Terlepas dari latar belakang sejarah dan agamanya, warga kampung ini dulunya juga dikenal sebagai perajin andal. Batik yang dihasilkan di sini diakui punya kualitas jempolan.
Kampung ini juga dikenal punya tradisi membatik yang lumayan panjang. Batik-batik yang dihasilkan memiliki kualitas tinggi, memenuhi standar keraton. Alhasil, Pengusaha batik memiliki status terpandang dan menjadi perhatian tersendiri bagi Belanda.
Untuk membedakan pengusaha dan rakyat biasa, Pemerintah Belanda memerintahkan untuk membuat papan nama khusus, sebagai tanda bahwa rumah tersebut merupakan kediaman pengusaha batik.
Selain jadi penghasil batik, kampung ini juga dikenal sebagai tempat lahirnya salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah. K.H. Ahmad Dahlan, sang pendiri, melahirkan dan mengajarkan pendidikan ala Muhammadiyah di sini.
Beliau rutin mengaji dan menyebarkan ajaran Islam di Langgar Kidoel, sebuah tempat ibadah mungil di sudut kampung.
Sarat dengan Sejarah Batik
Kampung Kauman memang masih terus eksis hingga kini. Namun aura batiknya sudah mulai terkikis. Tak banyak generasi penerus yang ingin menghidupkan lagi ketenaran bari yang lahir di daerah ini pada zaman dulu.
Jika kalian menyadari, Kauman bukan hanya ada di Jogja. Solo, Semarang, Pekalongan, dan beberapa lainnya juga ada kampung ini. Cirinya ada di dekat masjid.
Kauman berasal dari kata “kaum” dan “iman” yang bermakna bahwa para penduduk merupakan sekelompok orang beriman dan memahami agama Islam.
Saat masih jaya dulu, Kampung Batik Kauman Jogja adalah kawasan industri, Ya batik. Bahkan oleh Belanda setiap rumah diberi tanda. Kalau dilabeli “batik handel” itu artinya pedagang batik.
Bisa dikatakan hampir semua keluarga Kampung Batik Kauman Jogja selain pekerjaan lain juga membatik. Pekerjaan lainnya yang umum ialah sebagai abdi dalem keraton.
Sayangnya, motif batik yang diciptakan oleh warga Kauman sudah tak berjejak saat ini.***
0 Response to " Kampung Batik Kauman Jogja, Gang Kecil dengan Sejarah Besar"
Post a Comment