Mengintip Sejarah Batik Betawi
Sobat Batik, semoga selalu dalam keadaan sehat wal-afiat yaa. Dengan situasi pandemi Covid-19 ini, harus tetap menjaga kesehatan dan stay at home mengikuti anjuran pemerintah. Semoga situasi segera membaik, aamiin.
Sobat Batik pasti sudah sering melihat batik dengan motif ondel-ondel atau monas sebagai motif khas batik Betawi. Banyak yang menyangka motif tersebut adalah motif otentik dari batik Betawi. Ternyata menurut sejarahnya motif tersebut adalah motif batik Betawi modern yang baru muncul kurang lebih dua puluh tahun yang lalu. Sedangkan motif klasik batik Betawi banyak dipengaruhi budaya asing. khususnya dari budaya Tiongkok. Mau tau lebih jelas? Simak yuk artikelnya.
Unsur budaya asing itulah yang menyebabkan suku Betawi - penduduk asli Batavia, mempunyai karakter kebudayaan yang fleksibel sehingga produk kebudayaan yang dilahirkan menjadi unik. Hal tersebut tidak lepas dari adanya pengaruh bangsa-bangsa luar tersebut. Salah satu hasil produk dari penyatuan berbagai budaya tersebut adalah Batik Betawi.
Karena permintaan pasar akan batik mengalami kenaikan yang pesat, maka pengusaha batik yang pada masa itu mayoritas adalah pengusaha Tionghoa, mendatangkan perajin batik dari Pekalongan dan Solo untuk mengerjakannya di Batavia, yaitu di daerah Karet.
Mengadaptasi dari motif-motif batik yang sudah ada seperti batik Solo, batik Pekalongan, dan juga batik Pesisiran dikombinasikan dengan selera pasar merupakan awal dari lahirnya batik Betawi. Para pengusaha batik dari Tionghoa maupun dari Pulau Jawa mengajarkan tehnik dan ketrampilan membatik pada masyarakat Betawi, sehingga bisa dijadikan sebagai mata pencaharian.
Mau kenal sama tenun cantik dari NTT, klik disini yaa
Motif yang menjadi favorit adalah motif burung hong yang kental dengan budaya Tionghoa, dan disebut sebagai motif batik Betawi yang otentik di awal-awal kemunculannya. Motif lain yang terasimilasi dari bangsa Belanda dan menjadi favorit noni-noni Belanda di Batavia adalah motif buketan (berasal dari kata bouquet yang bermakna rangkaian bunga). Motif ini berbentuk bunga-bunga yang menggambarkan musim semi di Holland, sangat disukai karena warna-warnanya cantik dan feminim.
Motif buketan ini ternyata banyak peminatnya baik oleh pasar lokal maupun para noni Belanda, sehingga motif ini menjadi motif asli dari batik Betawi. Noni Belanda pda akhirnya memakai kain batik Betawi dan kebaya putih untuk pakaian sehari-hari layaknya kaun pribumi. Sebelumnya mereka mengenakan baju serba tertutup yang tidak cocok dengan iklim tropis.
Kain batik Betawi yang dipadukan dengan kebaya mampu mendobrak aturan lama yang mewajibkan setiap orang untuk memakai busana menurut adat dan negara asal masing-masing. Tampilan klasik yang boleh dikenakan oleh siapa saja tanpa memandang status ataupun strata sosial.
Namun ada satu motif yaitu motif pucuk rembung yang masih dipertahankan dan dikembangkan oleh para perajin batik Betawi. Motif ini menjadi lambang identitas budaya Betawi. Motif pucuk rebung menyerupai motif geometris segitiga. Dan motif ini yang dipakai pada saat pemilihan Abang dan None Jakarta.
Motif pucung rebung memiliki filosofi sebagai keseimbangan dalam kehidupan. Sinergi antara manusia, alam dan sang Maha pencipta untuk kehidupan yang penuh keberkahan dan sejahtera. Motif ini diaplikasikan juga untuk pembuatan hiasan atap rumah, ukiran furniture atau ornamen lainnya. Filosofi inilah yang menjadi alasan mengapa motif pucuk rebung sangat identik dengan batik Betawi, karena masyarakat Betawi yang menjadikan filosofi pucuk rebung ini sedemikian dalam.
Motif Rasamala, Nusa Kelapa, Kali Ciliwung, dan Salakanegara merupakan motif klasik otentik yang masih populer sampai sekarang.
Motif batik Betawi masa kini banyak mengambil inspirasi tidak hanya dari alam, namun juga kendaraan seperti delman, bajai, bahkan trans jakarta. Karena batik Betawi tidak terikat oleh pakem atau aturan dalam pembuatan motif batif, maka perajin bebas berkreasi dan berimajinasi.
Nah Sobat Batik, ternyata banyak cerita di balik sejarah batik Betawi yaa, semoga artikel ini bermanfaat untuk menambah wawasan tentang batik Indonesia***
Sobat Batik pasti sudah sering melihat batik dengan motif ondel-ondel atau monas sebagai motif khas batik Betawi. Banyak yang menyangka motif tersebut adalah motif otentik dari batik Betawi. Ternyata menurut sejarahnya motif tersebut adalah motif batik Betawi modern yang baru muncul kurang lebih dua puluh tahun yang lalu. Sedangkan motif klasik batik Betawi banyak dipengaruhi budaya asing. khususnya dari budaya Tiongkok. Mau tau lebih jelas? Simak yuk artikelnya.
Motif Batik Betawi - Foto : Instagram : batikbetawindreyon |
Sejarah Batik Betawi
Jakarta yang di masa lalu disebut dengan Batavia, merupakan pusat perdagangan di masa pemerintahan Belanda, sehingga banyak pedagang dari negara lain yang singgah untuk melakukan transaksi. Tidak dipungkiri banyak pedagang dari China, Arab, Belanda, Portugis bekumpul dan melakukan transaksi jual beli.Unsur budaya asing itulah yang menyebabkan suku Betawi - penduduk asli Batavia, mempunyai karakter kebudayaan yang fleksibel sehingga produk kebudayaan yang dilahirkan menjadi unik. Hal tersebut tidak lepas dari adanya pengaruh bangsa-bangsa luar tersebut. Salah satu hasil produk dari penyatuan berbagai budaya tersebut adalah Batik Betawi.
Karena permintaan pasar akan batik mengalami kenaikan yang pesat, maka pengusaha batik yang pada masa itu mayoritas adalah pengusaha Tionghoa, mendatangkan perajin batik dari Pekalongan dan Solo untuk mengerjakannya di Batavia, yaitu di daerah Karet.
Mengadaptasi dari motif-motif batik yang sudah ada seperti batik Solo, batik Pekalongan, dan juga batik Pesisiran dikombinasikan dengan selera pasar merupakan awal dari lahirnya batik Betawi. Para pengusaha batik dari Tionghoa maupun dari Pulau Jawa mengajarkan tehnik dan ketrampilan membatik pada masyarakat Betawi, sehingga bisa dijadikan sebagai mata pencaharian.
Mau kenal sama tenun cantik dari NTT, klik disini yaa
Motif yang menjadi favorit adalah motif burung hong yang kental dengan budaya Tionghoa, dan disebut sebagai motif batik Betawi yang otentik di awal-awal kemunculannya. Motif lain yang terasimilasi dari bangsa Belanda dan menjadi favorit noni-noni Belanda di Batavia adalah motif buketan (berasal dari kata bouquet yang bermakna rangkaian bunga). Motif ini berbentuk bunga-bunga yang menggambarkan musim semi di Holland, sangat disukai karena warna-warnanya cantik dan feminim.
Motif buketan ini ternyata banyak peminatnya baik oleh pasar lokal maupun para noni Belanda, sehingga motif ini menjadi motif asli dari batik Betawi. Noni Belanda pda akhirnya memakai kain batik Betawi dan kebaya putih untuk pakaian sehari-hari layaknya kaun pribumi. Sebelumnya mereka mengenakan baju serba tertutup yang tidak cocok dengan iklim tropis.
Peserta Abang dan None Jakarta - Foto : Liputan 6.com |
Batik Betawi Tidak Mengenal Strata
Setiap orang boleh memakai motif mana saja, motif yang paling disukai. Yang membedakan hanya dari segi materialnya saja. Untuk golongan yang mampu tentu akan memakai batik tulis dengan kualitas kain yang halus, sedangan bagi yang kurang mampu memakai batik cap.Kain batik Betawi yang dipadukan dengan kebaya mampu mendobrak aturan lama yang mewajibkan setiap orang untuk memakai busana menurut adat dan negara asal masing-masing. Tampilan klasik yang boleh dikenakan oleh siapa saja tanpa memandang status ataupun strata sosial.
Motif Klasik Pucuk Rebung Tetap Dipertahankan
Pada akhirnya motif batik terus berkembang menyesuaikan dengan perkembanag tren fashion. Hal ini berakibat motif batik Betawi yang kurang diminati, lama kelamaan menghilang.Namun ada satu motif yaitu motif pucuk rembung yang masih dipertahankan dan dikembangkan oleh para perajin batik Betawi. Motif ini menjadi lambang identitas budaya Betawi. Motif pucuk rebung menyerupai motif geometris segitiga. Dan motif ini yang dipakai pada saat pemilihan Abang dan None Jakarta.
Motif pucung rebung memiliki filosofi sebagai keseimbangan dalam kehidupan. Sinergi antara manusia, alam dan sang Maha pencipta untuk kehidupan yang penuh keberkahan dan sejahtera. Motif ini diaplikasikan juga untuk pembuatan hiasan atap rumah, ukiran furniture atau ornamen lainnya. Filosofi inilah yang menjadi alasan mengapa motif pucuk rebung sangat identik dengan batik Betawi, karena masyarakat Betawi yang menjadikan filosofi pucuk rebung ini sedemikian dalam.
Batik Betawi Setelah Abad-20
Di pertengahan abad ke-20, motif batik Betawi berinovasi mengikuti berbagai peristiwa penting di masa itu, seperti pertandingan Thomas Cup, jalan layang Semanggi, pembangunan sarana olahraga di Senayan, hingga bundaran Hotel Indonesia.Motif Rasamala, Nusa Kelapa, Kali Ciliwung, dan Salakanegara merupakan motif klasik otentik yang masih populer sampai sekarang.
Motif batik Betawi masa kini banyak mengambil inspirasi tidak hanya dari alam, namun juga kendaraan seperti delman, bajai, bahkan trans jakarta. Karena batik Betawi tidak terikat oleh pakem atau aturan dalam pembuatan motif batif, maka perajin bebas berkreasi dan berimajinasi.
Kampung Batik Betawi
Kampung Terogong merupakan kawasan sentra wisata penghasil batik Bekasi. Terletak di Jl. Terogong III, Cilandak Barat, Jakarta Selatan. Disini sobat Batik bisa mempelajari proses pembuatan batik, dan yang paling dinanti adalah bisa belanja batik Betawi sepuasnya, karena pengunjung akan dimanjakan oleh koleksi cantik batik Betawi.Nah Sobat Batik, ternyata banyak cerita di balik sejarah batik Betawi yaa, semoga artikel ini bermanfaat untuk menambah wawasan tentang batik Indonesia***
0 Response to "Mengintip Sejarah Batik Betawi"
Post a Comment